Aceh
Jawa
Masyarakat Jawa secara tradisional mengenal bunga kenanga sebagai obat untuk menangani sengatan lebah. Obat dari bunga kenanga digunakan dengan digosokkan pada tempat yang terkena sengatan. Bisa sengatan lebah (apitoksin) yang dihasilkan lebah pekerja ini memiliki sifat yang asam. Apitoksin ini disekresikan dalam bentuk cairan bening dengan bau tajam, rasanya pahit dan pedas, aromanya khas serta cepat kering. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam apitoksin diantaranya adalah triptofan, kolin, gliserin, asam fosfat, asam palmitat, asam lemak, asam vitelin, apromin, peptida, enzim, hystamin, dan mellitin (Suardana, 2014).
Bisa lebah yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan bunga kenanga. Hal ini dapat dijelaskan karena kandungan kimia minyak atsiri bunga kenanga termasuk golongan aldehid, keton aseton, furfural, benzaldehid, komponen bersifat basa (metilantranilat), serta golongan terpen (d-terpen), golongan fenol dan fenol eter (fenol, eugenol, isoeugenol, metil salisilat, benzilsalisilat), alkohol dan ester (metil-benzoat, l-linalool, terpineol, benzil alkohol, feni-etil alkohol, geraniol, fernesol), dan sesquisterpen (d-caryophyllen, sesquisterpen-alifatis, l-sesquisterpen, d-sesquisterpen) yang juga secara umum bersifat basa (Guenther, 1987).
Dari penjelasan ilmiah di atas, kenanga dalam pengunaannya dapat dijadikan pengobatan tradisional yang tepat sasaran dan efektif saat menangani sengatan lebah. Hal ini menandakan bahwa kegiatan tradisi ataupun budaya yang tumbuh dan berkembang pada suatu masyarakat tertentu bukan berarti jauh maupun bertentangan dengan ilmu pengetahuan maupun teknologi yang dipelajari di sekolah, namun fakta ilmiah telah membuktikan bahwa terdapat kaitan erat antara tradisi khas suatu daerah dengan konsep ilmu pengetahuan modern. Oleh karena itu, kita harus terus menghargai dan melestarikan budaya khas bangsa Indonesia.
Sumber:
Sulawesi Selatan
Neth Chem merupakan platform pembelajaran Kimia berbasis teknologi.
Hak cipta @ 2022 Etnokimiaedu.id